BAB I
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA,
MASYARAKAT, DAN BUDAYA
A. MANUSIA
Manusia adalah makhluk sosial menurut kehendak tuhan
untuk hidup berdampingan. Maka, para ahli sosiologi di manapun di seluruh dunia
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk tang bermasyarakat. Pada umumnya
manusia lahir ke muka bumi seorang diri. Akan tetapi,bila di bandingkan dengan
makhluk lain seperti hewan, manusia tidak bias hidup seorang diri. Manusia
selalu membutuhkan manusia lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di
samping itu, manusia tidak di karunia tuhan dengan kemampuan fisik yang cukup
kuat untuk dapat hidup sendiri.
Kecenderungan manusia untuk berkelompok ( gregariousness) pada zaman dahulu sering
dianggap suatu naluri yang diwariskan secara biologis.
Sebagai gambaran, keadaan seorang bayi sangat
bergantung pada orang dewasa. Hal ini tampak dari reaksi-reaksi bayi yang
ditunjukan pada orang dewasa. Seperti, senyuman,gerakan tangan,ataupun celotehan.
Setelah bayi tumbuh jadi seorang anak, maka ia mulai bias diajak bermain.minat
anak terpusat pada permainan. Dari situlah anak mendapatkan kebahagiaan.
Selanjutnya, mulailah anak mengalami
pengalaman-pengalaman yang lebih luas,menambah kesenangan dan
penghiburan,berkumpul,bermain,serta bekerja sama dengan anak lain. Dengan
demikian,anak dapat melaksanakan dan menikmati hal-hal yang tidak pernah
tercapai bila diusahakan sendiri.
Pergaulan dengan kawan lain menjadi suatu kebutuhan
bagi seorang anak. Persahabatan dan penghargaan kawan akan
menyenangkannya,sebaliknya kritikan atau ejekan akan menekan jiwanya. Gambaran
kehidupan anak tersebut menunjukan pentingnya individu hidup berkelompok karena
dengan berkelompok akan terpenuhi segala kebutuhannya.
Dalam kehidupan sehari-hari,manusia tidak hidup
terpisah-pisah dan sendiri-sendiri,melainkan membentuk kesatuan-kesatuan
social. Setiap kesatuan social memiliki tata nilai,norma-norma serta
aturan-aturan adat istiadat sendiri-sendiri yang disebut kebudayaan.
B. MASYARAKAT
Menurut kodratnya,manusia adalah makhluk masyarakat.
Manusia selalu bersama dan berada diantara manusia lainnya. Dalam bentuk
kongkritnya,manusia bergaul,berkomunikasi,dan berinteraksi dengan manusia
lainnya.keadaan ini terjadi karena dalam diri manusia terdapat dorongan untuk
hidup bermasyarakat disamping dorongan keakuan. Dorongan bermasyarakat dan
dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan dirinya
sendiri. ( soemadi soeryabrata,1986 )
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk,seperti berkoprasi,hubungan
antar pribadi,mengikatkan diri pada kelompoknya,dan sebagainya. Dorongan
seperti ini akan jelas wujudnya bilamana mendapatkan bimbingan dan latihan dari
orang sekitarnya.
Karena dalam individu yang lahir kedunia ini telah
memiliki atau membawa dorongan kemasyarakatan,dengan sendirinya ia selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Selanjutnya ,dorongan masyarakat yang dibawa
individu sejak lahir itu menyebabkan seorang individu dapat menempatkan
kepentingan umum diatas kepentingan sendiri. Sikap kemasyarakatan menurut P.J.
Bouman (1976) itu karena adanya factor-faktor.
A.
Kecenderungan
social
B.
Rasa
harga diri
C.
Kecenderungan
untuk patuh
D.
Kecenderungan
untuk mandiri
E.
Kecenderungan
menurut
F.
Hasrat
tolong menolong dan meniru
G.
Hasrat
berjuang
H.
Hasrat
memberi tahu dan sifat mudah menerima.
Walaupun telah dibawa oleh setiap individu sejak
lahir sifat keakuan sepenuhnya atau
secara mutlak mendomisili kehidupanya.domisili secarara mutlak dari sifat
kekuatan tersebut menyebabkan sesseorang terlepas dari sifat kemasyarakatan
yang sebenarnya tidak mungkin dapat
dijalani olehnya karena setiap orang saling bergantung satu sama lain (interdepen
dwnsy) .untuk itu, ia harus mengerem sifat keakuannya pada batas-batas tertentu dan menumbuhkan sifat kemasyarakatan
.
Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis
dan selalu berkembang menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung
di dalamnya mampu mengembangkan
potensidan kemampuan berkreasi dan menemukan
inofasi yang tidak sama sekali tidak sama antara satu sama lain .karena
tidak samaan ini, individu yang kurang
mampu dapat meniru kemajuan yang dicapai
oleh kelompok yang berprestasi dan berkemampuan tinggi.namun,oleh karena itu
,kecenderungan meniru ini dapat membawa pada kehidupan bermasyarakat.
Hasrat
simpati dan tolong menolong dalam hidup bermasyarakat mengakibatkan timbulnya
perasaan seperjuangan. Berjuang disini dalam arti mempertahankan hidup dari
gangguan orang lain atau keganasan alam,memberantas hambatan dan tantangan
hidup,dan sebagainya.
Dalam
menghadapi kekuatan dahsyat yang tidak mungkin dihadapi sendiri ada
kecenderungan bagi seseorang untuk mencari kelompoknya. Hubungan individu dalam
kelompok ditandai dengan cirri yang sama. Atas kesamaan cirri-ciri
inilah,masyarakat dapat dibedakan dalam kelompok tertentu.
TINGKATAN-TINGKATAN
MASYARAKAT
Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang
terjadi,bentuk masyarakat dapat diklasifikasikan pada masyarakat tradisional
dam masyarakat moderen.
A.MASYARAKAT TRADISIONAL
Masyarakat tradisional,sebagai bentuk dari kehidupan
bersama,mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan lingkungan hidupnya,baik
yang berupa manusia maupun yang berupa benda. Hal ini dapat di mengerti bahwa
kehidupan masyarakat tradisional sangat bergantung pada manusia lain dan
kondisi alamnya. Mata pecahariannya terpusat pada sektor pertanian dan nelayan.
Kebutuhan sandang,pangan,dan papan dipenuhi dari
alam sekitarnya. Ksederhanaan teknologi yang di pergunakan oleh petani dan
nelayan menyebabkan ia sangat bergantung pada kondisi alam. Kegiatan pertanian
dan nelayan hanya dilakukan pada waktu tertentu dan hanya dapat mengambil
manfaat dari yang sudah tersedia di alam. Oleh karena itu, perladangan
berpindah pindah dengan menebangi hutan merupakan salah satu cirri dari
masyarakat tradisional.
Dalam kehidupan yang serba sederhana
ini,pekerjaan-pekerjaan seperti bertani,mendirikan rumah, dan sebagainya
dikerjakan bersama. Keadaan ini membentuk sikap dan hubungan yang sangat erat
antar individu. Oleh karena itu, gotong royong atau tolong menolong merupakan
cirri lain dari masyarakat tradisional.
B.MASYARAKAT
MODEREN
Masyarakat moderen merupakan pola perubahan dari
masyarakat tradisional yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Salah satu aspek kemajuan dapat terlihat pada pola hidup dan
kehidupannya. Dibidang mata pencaharian,mereka tidak bergantung pada sector
pertanian semata, tetapi merambat pada sektor lain seperti jasa dan
perdagangan.
Sektor pertanian sebagai salah satu garapannya, dilakukan
dengan berbagai cara,yaitu dengan cara memadukan sumber daya alam, sumber daya
manusia,dan teknologi.untuk mempergunakan teknologi yang tepat dalam berbagai
keadaan, dipilih tenaga ahli dan terampil dalam bidang tertentu karena
penggunaan suatu teknologi menuntut dan memerlukan tenaga manusia dengan
kualifikasi tertentu pula. Untuk itu diperlukan kualifikasi tertentu pula.
Untuk itu diperlukan pendidikan khusus guna menyiapkan tenaga ahli yang
terampil untuk berbagai keperluan.
Misalnya,dalam perdagangan mereka telah
memperhitungkan dan memanfaatkan berbagai keadaan. Kegiatan ekonomi tidak hanya
berorientasi pada kapasitas produksi,tetapi juga berorientasi pada pasar, agar
tidak terjadi gejolak harga. Bahkan untuk kepentingan ini,diadakan aturan
sebagai alat proteksionisme. Untuk menembus pasar luar negri yang ketat dengan
persaingan biasanya ditempuh dengan jalan konglomerat,untuk mencapai efesiensi
dan efektifitas.
C.BUDAYA
Kebudayaan
adalah keseluruhan dari system gagasan,system tindakan,dan hasil karya manusia
dalam kehidupan bersama yang diperoleh melalui belajar. Kebudayaan itu
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan itu isinya sangat
kompleks, yaitu system religi, pengetahuan, hokum, moral, adat istiadat, bahasa,
kesenian, organisasi social,mata pencaharian, system peralatan dan teknologi, ideology,
dan sebagainya. Kebudayaan itu dimiliki dan dibutuhkan oleh warga masyarakat
untuk dijadikan pedoman dan pegangan serta acuan/rujukan dalam segala aktifitas
hidupnya,terutama dalam berinteraksi dan memenuhi kebutuhannya.
Oleh
karena itu, setiap warga masyarakat harus mengenal, menghayati, dan menerima unsur-unsur
budaya yang berlaku, kemudian menyesuaikan diri dengan nilai-nilai,
norma-norma, dan aturan-aturan/tradisi budaya masyarakat. Jika ada masyarakat
yang melanggar norma, adat, dan aturan yang berlaku, maka ia akan dikenai
sanksi tertentu. Jadi, kebudayaan dapat dijadikan alat control dan kendali yang
efektif terhadap perilaku warganya sekaligus ikut membentuk
kepribdian-kepribadian masyarakat. Selama individu-individu menjalani
sosialisasi ( dari bayi hingga dewasa )maka mereka terus-menerus berinteraksi
dengan unsure-unsur budaya dan secara bertahap mereka akan menerima dan
menyesuaikan sikap dan tindakannya dengan kebudayaan masyarakatnya. Akhirnya
kepribadian mereka akan diwarnai oleh unsur-unsur budaya yang ada di
masyarakatnya. Hal ini akan tampak pada sikap, perilaku, cara berpikir,
kesukaan, bahasa yang digunakan, dan hasil-hasil karyanya.
HUBUNGAN
ANTARA MANUSIA, MASYARAKAT, DAN BUDAYA
Antara manusia, masyarakat dan kebudayaan memiliki
hubungan yang sangat kompleks dan
meliputi hampir seluruh hubungan yang ada. Ibarat laut dengan segala kehidupan
yang ada, ketiganya saling berinteraksi, saling membutuhkan, saling melengkapi,
dan saling bergantung, ketiganya juga bekerja sama untuk menghasilkan
karya-karya besar yang berupa terumbu karang yang sangat indah. Manusia adalah
makhluk social menurut kehendak tuhan untuk hidup berdampingan. Maka, para ahli
sosiologi di manapun di seluruh dunia berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
yang bermasyarakat. Sedangkan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan ( selo sumardjan ), atau masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut system adat-istiadat
tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh rasa identitas bersama, yaitu
kebudayaan yang di hasilkannya ( koentjaraningrat ). Jadi, kebudayaan
itu hanya bisa tercipta jika ada kehidupan bersama yang terus menerus
(bermasyarakat). Kebudayaan tak bisa diciptakan seseorang yang hidup sendirian
di tengah hutan atau di gurun pasir. Sementara itu, masyarakat juga memerlukan
kebudayaan yang digunakan sebagai pedoman dan berinteraksi dan melakukan
tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah contoh hubungan simbiosis mutualistis ( saling
menguntungkan).
BAB II
PENUTUPAN
KESIMPULAN
·
Manusia
adalah makhluk social menurut kehendak tuhan untuk hidup berdampingan. Maka,
para ahli sosiologi di manapun di seluruh dunia berpendapat bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat.
·
masyarakat
adalah kumpulan orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan ( selo
sumardjan ), atau masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut system adat-istiadat tertentu yang bersifat continue dan
terikat oleh rasa identitas bersama, yaitu kebudayaan yang di hasilkannya ( koentjaraningrat
).
·
Kebudayaan
adalah keseluruhan dari system gagasan,system tindakan,dan hasil karya manusia
dalam kehidupan bersama yang diperoleh melalui belajar. Kebudayaan itu
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan itu isinya sangat
kompleks, yaitu system religi, pengetahuan, hokum, moral, adat istiadat, bahasa,
kesenian, organisasi social,mata pencaharian, system peralatan dan teknologi, ideology,
dan sebagainya.
·
kebudayaan
itu hanya bisa tercipta jika ada kehidupan bersama yang terus menerus
(bermasyarakat). Kebudayaan tak bisa diciptakan seseorang yang hidup sendirian
di tengah hutan atau di gurun pasir. Sementara itu, masyarakat juga memerlukan
kebudayaan yang digunakan sebagai pedoman dan berinteraksi dan melakukan
tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
o
Santosa.
Ayi budi dinamika sosiologi
o
Purwito.
Edi dinamika sosiologi
o
Tim
sosiologi “SOSIOLOGI 2 “ suatu kajian kehidupan masyarakat. Yudistira
o Hidayati. Nur, ir. Mawardi IAD/IBD/ISD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar